KOARA SI RAJA TIDUR 🐨💤
For the audio story, you may click this link below 👇
🎬 https://youtu.be/A2Sz2PGcjpc
“Hm... Hm... Hm...” Nyanyian Mira dalam bentuk gumaman terdengar sepanjang jalan saat dia tengah menyusuri jalanan hutan yang banyak akan pohon-pohon rindang, dan rumput-rumput liar di sekelilingnya.
Koara yang tengah tertidur bergelayutan di atas pohon itu pun merasa terganggu akan nyanyian Mira dan mulai berteriak dari atas pohon.
“Mira?!! Kau mengganggu tidur siang ku saja. Hentikan gumaman tak jelas mu itu. Berisik tahu!!” Ungkapnya kesal.
“Astaga... Koara! Kau mengagetkanku saja. Ara ini bukan gumaman tapi aku sedang bernyanyi karena hatiku lagi gembira sekarang. Lagian kau ini pemalas sekali, sudah siang begini kok masih betah tidur...” Jawab Mira dari bawah pohon.
“Aku masih ngantuk. Aku baru saja tidur selama 18 jam lamanya. Tapi kau tiba-tiba datang dan menggangguku dengan suaramu itu...” Sahut Koara yang masih betah bergelayutan di atas dahan pohon.
“Ck.. Ck.. Ck.. 18 jam masih baru kau bilang. Kau ini benar-benar ya! Memangnya perutmu tak merasa lapar tidur selama itu?” Tanya Mira.
“Astaga, iya ya. Aku sampai lupa makan. Tapi aku terlalu malas untuk mencari makanan. Bisakah kau membantuku mencarikannya?” Tanya Koara dengan wajah imut yang membuat Mira hampir goyah dan langsung ingin membantunya. Namun, secepat kilat niatnya itu diurungkannya.
“Enak saja. Kalau mau makan, cari sendiri dong! Lagian kau ini pemalas sekali. Kalau kau ingin langsung makan, ayo ikut aku. Ratu Tiara mengundangku ke guanya untuk makan bersama dengan para penghuni hutan lainnya...” Ajak Mira dengan semangat walaupun ada sedikit rasa kesal dalam ucapannya, karena melihat Koara yang terlalu pemalas.
“Ah... Aku malas sekali bertemu dengan mereka. Tubuhku terasa berat. Lebih baik aku tidur saja, daripada tidak tahu apa yang harus aku lakukan disana...” Koara pun mengabaikan ajakan Mira begitu saja, dan langsung memposisikan dirinya untuk kembali tidur dengan nyaman.
“Hah... Terserah kau saja!” Tukas Mira jengah.
Dia pun kembali melangkahkan kakinya menyusuri hutan rimbun itu untuk menuju ke gua Tiara.
Sesampainya disana, para penghuni hutan yang lainnya pun telah berkumpul dan bersiap untuk menyantap hidangan hangat yang disajikan Tiara.
“Eh, Mira. Kenapa lama sekali datangnya? Hampir saja kami habisi hidangan lezat ini tanpa kamu...” Canda Keyla si Monyet betina yang pertama melihat kehadiran Mira.
“Eh Keyla, iya nih tadi aku sempat bertemu Koara di jalan, dia nahan aku untuk bercerita sebentar dengannya. Apakah makanannya masih ada?” Tanya Mira yang mulai duduk bersama para penghuni lainnya.
“Hahaha, masih ada kok Mira. Tenang saja. Kami belum mulai kok acaranya. Oh ya, tadi kau bilang kau bertemu Koara. Apakah dia ikut denganmu kemari?” Tanya Tiara sang Tuan rumah.
“Enggak, dia tidak mau ikut denganku. Padahal sudah ku ajak, tapi dia lebih memilih tidur daripada bergabung makan dengan kita disini...” Ucap Mira menjelaskan pertemuannya tadi.
“Oh begitu, tidak heran sih. Dia kan sangat pemalu. Kemarin juga saat aku ingin mengundangnya, dia juga sedang tidur. Makanya aku membiarkannya saja, karena tak enak mengganggunya. Apalagi dia terlihat lelah...” Kata Tiara yang merasa sedikit kasihan dengan Koara saat melihatnya kemarin.
“Halah, sudah tidak usah dipikirkan tentang Koara. Dia kan rajanya tidur. Ya sudah, lebih baik kita lanjutkan acara makan-makan kita. Tapi kalau boleh tahu, kenapa kau mengundang kami seperti ini?” Tanya Acil si Kancil ramah yang mulai tak sabaran untuk menyantap hidangan makanan yang sudah tersaji di atas meja besar yang terbuat dari batu itu.
“Hohoho, kau benar Acil hampir saja aku lupa menjelaskannya pada kalian...”
“Teman-temanku sekalian, hari ini aku mengundang kalian ke gua ku. Karena aku ingin kalian tahu dan ikut merasakan cita rasa makanan lezat yang berhasil aku buat dua hari yang lalu. Tanpa disengaja aku meracik resep makanan lezat ini, dan menamakannya dengan resep ‘Makanan Cosmos’. Karena itu aku sangat bahagia dan ingin membaginya bersama kalian. Ayo semuanya silahkan dicoba, ku harap kalian dapat menikmatinya...” Ucap Tiara menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya acara tersebut.
Akhirnya para tamu undangan pun menikmati hidangan makanan lezat yang sudah tersaji sejak tadi itu. Bentuk makanan yang dihidangkan sangat menarik dan bervariasi, dan cita rasanya juga sangat enak dan lezat seperti yang diungkapkan sang Tuan rumah, Tiara. Membuat mereka pun lahap dan semangat memakan hidangan tersebut, sembari bersenda gurau menceritakan pengalaman-pengalaman menarik dan lucu yang mereka pernah alami.
Sementara di sisi lain, terdapat Koara yang masih asyik tertidur dengan perut kosongnya. Hingga tanpa dia sadari, pohon yang dia tempati perlahan-lahan mulai sedikit miring karena adanya Penebang liar yang mencoba menebang pohon tersebut dan juga ingin menangkap Koara yang berada di atasnya.
Perlahan tapi pasti, pohon tersebut pun berhasil ditumbangkan oleh si Penebang liar. Proses jatuhnya pohon yang lumayan keras itu berhasil membangunkan Koara dari tidurnya. Dia pun tersentak kaget karena di depannya saat ini telah berdiri dua orang Pria Penebang Liar dengan gergaji mesin di tangannya, sedang menatapnya penuh minat ingin menangkapnya.
Dengan setengah kesadarannya yang baru saja bangun tidur itu pun, Koara mencoba berlari dari situasi yang akan merugikan dirinya. Namun, dengan kondisi tubuh yang berat dan lemas karena belum ada mengisi perutnya dari kemarin, membuatnya tak sanggup berlari lebih jauh lagi sehingga si Penebang liar pun berhasil menangkapnya dan memasukkannya ke dalam kandang kayu buatannya.
Di tengah-tengah kondisi terpuruknya itu, Koara hanya bisa merintih kesakitan, lemah tak berdaya karena tak adanya makanan yang sempat dia makan sejak kemarin. Dia pun hanya bisa merintih meminta tolong pada siapa saja yang mungkin bisa mendengar suaranya yang lemah itu.
“To... To... Tolong aku... Selamatkan aku dari kandang ini, siapa saja tolong aku... To- tolong...” Rintihnya dengan suaranya yang kecil dan lemah.
Suara itu pun sayup-sayup terdengar oleh Tiara dan Mira yang sedang berjalan bersama karena ingin menurunkan isi perut mereka yang sudah kekenyangan karena makan hidangan lezat yang tadi mereka santap.
“Kau dengar suara itu Ti?” Tanya Mira yang mulai penasaran dengan suara sayup-sayup yang terdengar olehnya.
“Iya, aku mendengarnya, Mir. Sepertinya aku mengenal suara ini, coba kita cari sumber suaranya...” Jawab Tiara dan mengajak Mira untuk berjalan lebih dekat lagi menuju sumber suara yang mereka dengar.
Di tempat itu, mereka melihat dua orang Penebang liar sedang bersantai menikmati kopi hangat mereka dengan Koara yang berada di sekitar mereka, meringkuk lemas tak berdaya di dalam kandang berbahan kayu, tempatnya ditahan.
“Astaga, Ti. Lihatlah! Itu Ara... Mengapa dia bisa tertangkap oleh mereka? Bagaimana ini, Tiara?” Tanya Mira yang mulai panik saat melihat kondisi sahabatnya sedang terbaring lemas tak berdaya, merintih kesakitan memegang perutnya yang gembul.
“Tenang, Mira. Kita akan menyelamatkan Koara. Sekarang aku akan mengalihkan perhatian mereka, dan kau segera cari cara untuk membebaskan sahabat kita dari kandang itu selagi aku bertindak. Oke...” Ucap Tiara menjelaskan strateginya.
“Oke...” Mira pun segera mencari benda tumpul yang dapat membantu membuka kandang yang menahan Koara, dan pilihannya jatuh pada batu berukuran sedang yang dapat dia apit di mulutnya.
Sementara Tiara, dia pun mulai memasang ancang-ancang dirinya untuk berjalan perlahan mendekati para Penebang liar dan saat jaraknya mulai terasa dekat, dia pun menggeram dengan suara yang keras membuat para Penebang liar terkejut dan bersiap untuk kabur. Melihat Penebang liar takut akan kehadirannya, membuat Tiara tak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia pun semakin agresif berlari menuju ke arah dua penebang liar itu seakan ingin menerkam mereka dengan suara geramannya yang keras. Para Penebang liar itu pun ketakutan dan lari tunggang langgang, meninggalkan semua barang-barang mereka termasuk Koara yang berhasil mereka tangkap tadi. Tanpa peduli, mereka terus berlari demi keselamatan mereka.
Tiara dan Mira yang melihat hal itu pun, tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Penebang Liar yang sangat ketakutan dengan kehadiran Tiara.
Mereka pun akhirnya berhasil membebaskan Koara dari kandang kayu yang menahannya. Jangan lupakan, kandang kayu itu pun berhasil dihancurkan oleh Tiara yang gemas karena sahabatnya ditahan di dalamnya tadi.
“Hey, sudahlah Ti. Kandang itu sudah hancur sekarang, Koara juga sudah selamat. Sekarang waktunya kita kembali ke gua mu...” Ucap Mira mengingatkan Tiara untuk berhenti dari aktivitasnya.
“Kau benar, Mir. Oh ya, bagaimana keadaanmu Ara? Kenapa kau bisa ditangkap oleh mereka? Bukankah kau termasuk hewan yang pintar?” Tanya Tiara yang sudah merasa penasaran sejak tadi.
“Hemm, iya... Tadi aku masih tidur saat mereka menebang pohon tempat tinggalku, saat pohon itu terjatuh aku baru tahu kalau ternyata sudah ada mereka yang ingin menangkapku. Aku sudah berusaha lari, tapi tubuhku terasa lemas dan berat sekali. Tenagaku habis karena tidak ada makan sama sekali sejak kemarin...” Kata Koara menjelaskan kronologi yang terjadi padanya tadi.
“Astaga! Makanya Koara, kerjamu itu jangan hanya tidur terus. Lihatkan tubuhmu jadi berat tapi lemas seperti sekarang. Kau tak boleh malas Ara, apalagi malas untuk makan. Lihat kan sekarang apa yang terjadi padamu?! Coba tadi kalau kau ikut denganku ke gua Tiara, kau pasti tak akan seperti ini sekarang. Ck, dasar raja tidur...” Ungkap Mira yang merasa kesal melihat apa yang terjadi pada Koara akibat kemalasannya itu.
“Sudah, sudah... Jangan diteruskan lagi, Mir. Lihat tuh, kasihan Koara. Wajahnya pucat dan pasti perutnya sekarang sangat sakit perlu diisi. Sekarang ayo kita kembali ke gua ku. Disana masih ada sisa makanan yang sengaja ku simpan untuk Ara, yang rencananya akan ku berikan padanya saat dia sudah bangun...” Jawab Tiara yang mencoba meredam kekesalan Mira.
“Dan untukmu Ara, lain kali kau harus bisa mengatur jadwal harianmu. Kau harus tahu kapan waktunya tidur, dan kapan waktunya kau untuk bangun mencari makanan, atau berkumpul bersama teman-temanmu. Jangan habiskan waktumu seharian hanya untuk tidur saja. Kau mengerti, Ara?” Tegas Tiara menasihati sahabatnya yang malas itu.
“Dengar tuh Ara! Ini semua demi kebaikanmu. Untung saja ada kami sahabatmu yang menyelamatkanmu tadi. Ya sudah, ayo kita pergi sekarang...” Ucap Mira tegas mengingatkan kembali Koara agar jangan pernah mengabaikan nasihat dan kebaikan sahabat-sahabatnya kepadanya.
Koara yang sudah lemas itu pun hanya bisa mengangguk membenarkan nasihat sahabat-sahabatnya. Dia pun berjanji di dalam hati, untuk melakukan apa yang diucapkan Tiara tadi, dan dia berjanji untuk tidak terlalu malas lagi di masa yang akan datang dan akan mengambil pelajaran dari kejadian yang dialaminya hari ini.
Akhirnya mereka bertiga pun kembali ke gua Tiara dengan Koara berada di punggung Tiara, dan mereka pun merasa bersyukur karena Koara masih bisa selamat dari kejadian malang yang hampir menimpanya tadi.
👍
ReplyDelete